Pages

Minggu, 12 Desember 2010

Wikileaks bela keputusan bocorkan dokumen

Assange mengatakan dokumen itu sudah diedit

Pendiri situs yang menerbitkan bocoran dokumen Wikileaks membela keputusannya membeberkan hampir 400.000 dokumen rahasia Amerika Serikat mengenai perang di Irak.

Julian Assange mengatakan "rincian mendalam" mengenai konflik ini disebarluaskan dalam upayanya menguak kebenaran mengenai perang tersebut.

"Perang tulisan di internet" ini mengisyaratkan bahwa bukti-bukti terjadinya penyiksaan diabaikan dan rincian kematian ribuan warga Irak diabaikan oleh Amerika Serikat.

Perdana Menteri Irak mengatakan penerbitan dokumen-dokumen itu akan berujung pada campur tangan politik di negaranya.

Satu pernyataan dari kantor PM Nouri al-Maliki menuduh Wikileaks mencoba menyabotase upaya dia membentuk sebuah pemerintah baru dengan menciptakan kemarahan "terhadap para pemimpin partai nasional, khususnya terhadap Perdana Menteri".

Maliki, penganut Islam Syiah, berjuang mempertahankan jabatannya setelah pemilu bulan Maret lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak.

Lawannya dari golong Sunni mengatakan bocoran-bocoran dokumen yang dipublikasikan di situs Wikileaks menggarisbawahi perlunya menciptakan pemerintah berbagi kekuasaan, daripada satu pemerintahan yang kekuasaannya terpusat di tangan Maliki.

Korban perang?

Amerika Serikat dan Inggris mengecam publikasi dokumen-dokumen rahasia yang terbesar dalam sejarah militer Amerika Serikat.

Baik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Inggris mengisyaratkan bahwa penerbitan itu hanya membuat nyawa orang-orang terancam.

Jurubicara Pentagon menilai dokumen-dokumen itu adalah pengamatan mentah dari unit-unit taktis yang isinya berupa cuplikan peristiwa-peristiwa tragis dan biasa.

Dia menyebutkan penyebaran dokumen-dokumen ini sebagai sebuah "tragedi" yang membantu musuh-musuh negara Barat.

Walau begitu ketika berbicara dalam sebuah konferensi pers di London untuk membela tindakannya, Assange mengatakan tidak satu orang pun yang dilaporkan jadi korban setelah 90.000 dokumen perang di Afghanistan diterbitkan Wikileaks awal tahun ini.

Dia mengatakan dokumen-dokumen itu sudah diedit untuk menghilangkan informasi-informasi yang berpotensi membahayakan seseorang dan menambahkan cuplikan peristiwa setiap hari itu menawarkan gambarakan "skala manusia" dari konflik itu.

Assange mengatakan kematian satu atau dua orang itu yang akhirnya bertumpuk menjadi "jumlah luar biasa" korban yang tewas di Irak.

0 komentar:

Posting Komentar