Pages

Kamis, 09 Desember 2010

Simpatisan WikiLeaks Serang Laman Sarah Palin

Para hacker menyerang pihak yang berupaya menghambat sepak terjang WikiLeaks

 Para peretas (hacker) yang menjadi simpatisan WikiLeaks sejak Rabu, 8 Desember 2010, mulai beraksi. Setelah sempat merecoki laman perusahaan kartu kredit terkemuka, Mastercard dan Visa, mereka juga menyerang laman milik mantan kandidat wakil presiden AS, Sarah Palin, dan kantor kejaksaan Swedia.

Bagi para hacker, mereka dianggap sebagai tokoh yang berupaya menghambat sepak terjang WikiLeaks dan pengelolanya, Julian Assange, dalam membongkar rahasia pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kepada jurnalis stasiun televisi ABC News, Palin mengaku situs internetnya disabotase para peretas, berikut informasi pribadi dan akun kartu kreditnya maupun milik suaminya, Todd.
"Tidak heran bila yang lain tetap diam dengan perilaku antik Assange," tulis Palin kepada wartawan ABC, Jake Tapper, melalui surel (email).

"Inilah yang terjadi bila kita menerapkan Amandemen Pertama Konstitusi [yang menjamin kebebasan berpendapat] dan berbicara menentang tingkahnya yang memuakkan dan anti Amerika," lanjut Palin dalam surel yang juga dipublikasikan harian The Washington Post, Rabu 8 Desember 2010.

Mantan gubernur Alaska itu sebelumnya mengritik keras Assange. Dalam akunnya di Facebook, Palin menyebut pria asal Australia itu sebagai "intel anti Amerika yang tangannya bersimbah darah."

Palin bahkan menyebut Assange tidak ubahnya seperti teroris al-Qaida. "Kenapa dia tidak dikejar seperti kita memburu pimpinan al-Qaida dan Taliban?" Palin tampaknya juga menyindir pemerintah AS yang tidak bertindak cepat atas ulah Assange melalui WikiLeaks.

Selain Palin dan perusahaan kartu kredit, para hacker juga menyerang situs Amazon, yang pekan lalu mengusir WikiLeaks dari jaringan server. Para peretas pun menyerang laman sejumlah jaksa di Swedia, yang ingin agar Assange ditangkap karena terkait kasus perkosaan dan pelecehan seks.

Menurut laman harian Telegraph, serangan para peretas itu bernama "Operasi Payback." Operasi itu dilakukan oleh kelompok peretas yang dikenal dengan julukan Anonymous (tanpa nama), dan diduga beranggotakan 1.500 hingga 2.000 orang.

• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar