Pages

Senin, 13 Desember 2010

Wikileaks ungkap sifat pemimpin dunia

Presiden Rusia Medvedev dan Presiden Iran Ahmadinejad disebut Wikileaks

Sifat sejumlah pemimpin dunia terungkap dari dokumen yang dibocorkan Wikileaks.

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi disebut diplomat Amerika Serikat sebagai orang "yang lemah, angkuh dan tidak efektif sebagai pemimpin modern Eropa".

Tahun 2008, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskow melukiskan Presiden Dmitry Medvedev sebagai "Robin untuk Batman". Ungkapan ini merujuk ke Perdana Menteri Vladimir Putin orang kuat Rusia yang digambarkan sebagai Batman.

Kabel diplomatik dari Kedutaan Besar AS itu juga berkomentar mengenai kedekatan hubungan antara Berlusconi dengan Putin.

Komentar bocoran dari Kedutaan Besas AS itu juga menyebutkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-il sebagai "pemimpin tua yang lembek" yang menderita stroke.

Sedangkan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dirujuk sebagai "Hitler".

Dalam dokumen yang dibocorkan Wikileaks disebutkan Menteri Kerja Sama Internasional Afrika Selatan menyebut Presiden Zimbabe Mugabe sebagai "orang tua gila".

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dikatakan orang yang kurus dan otoriter.

Sedangkan Kanselir Jerman Angela Merkel dilukiskan orang yang ingin "menghindari risiko dan jarang kreatif".

Bahkan Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga digambarkan diplomat Amerika "sangat lemah".

Sementara Kolonel Muammar Khadafi dari Libya selalu melakukan perjalanan dengan perawat Ukraina "berambut pirang yang montok".

Para pejabat Amerika Serikat tidak mengungkapkan sumber dari kebocoran itu namun kecurigaan diarahkan ke Bradley Manning, mantan agen intelijen militer yang ditangkap setelah video serangan terhadap wartawan di Irak disiarkan.

•detik

Wikileaks terbitkan lagi dokumen rahasia

Julian Assange mengatakan Amerika takut diminta bertanggung jawab

Situs pengungkap dokumen rahasia Wikileaks menerbitkan ratusan ribu pesan diplomatik rahasia Amerika Serikat dan berbagai surat kabar internasional menerbitkan sarinya.

Wikileaks tetap menerbitkan dokumen-dokumen rahasia dan tidak mengindahkan permohonan pemerintah Amerika agar situs tersebut tidak menerbitkan dokumen.

Inti sari dokumen yang diterbitkan berbagai surat kabar internasional ini diambil dari seperempat juta korespondensi antara Departemen Luar Negeri Amerika dan misi diplomatik Amerika selama tiga tahun terakhir.

Salah satu dokumen berisi pernyataan bahwa Arab Saudi dan sejumlah negara Arab meminta Amerika untuk menghentikan program nuklir Iran dengan segala cara, termasuk serangan militer.

Selain itu, muncul keterangan rinci mengenai sabotase komputer secara terus menerus oleh pemerintah Cina terhadap Amerika dan sekutu-sekutunya.

Reaksi

Gedung Putih menyebut penerbitan kabel diplomatik ini sebagai langkah yang ceroboh dan berbahaya. Gedung Putih mengatakan penerbitan ini bisa membahayakan pembicaraan pribadi dengan pemerintah asing dan pemimpin oposisi, membahayakan diplomat Amerika, agen intelijen dan pihak-pihak yang meminta bantuan Amerika untuk mendorong demokrasi.

Wikileaks
Wikileaks sebelumnya menerbitkan dokumen perang Irak dan Afghanistan

Departemen Pertahanan Amerika mengatakan pihaknya telah meningkatkan pelatihan dan membuat sistem komputernya lebih aman guna memastikan dokumen rahasia tidak bocor.

Sebelumnya, Amerika Serikat menulis surat kepada pendiri situs pengungkap dokumen rahasia Wikileaks, Julian Assange, meminta dia agar tidak menerbitkan sejumlah dokumen diplomatik.

Assange menuding pihak berwenang Amerika takut karena akan dituntut bertanggung jawab. Wikileaks mengatakan bahwa dokumen rahasia ini volumenya tujuh kali lipat lebih besar dari hampir 400.000 dokumen Pentagon terkait perang Irak yang diterbitkan situs itu bulan Oktober lalu.

Para pengamat mengatakan Amerika dan sekutu-sekutunya berpotensi dipermalukan oleh publikasi penilaian jujur dari berbagai diplomat asing.

Media Inggris mengatakan pemerintah Inggris mengkhawatirkan penerbitan dokumen itu dapat menyebabkan warga negara Inggris yang ada di negara-negara Muslim dijadikan sasaran balas dendam terhadap pandangan-pandangan yang dianggap "anti-Islam".

Kementerian Pertahanan Inggris mendesak para redaktur media Inggris agar "selalu mengingat" dampak penerbitan bocoran itu terhadap keamanan nasional.

•detik

AS peringatkan pendiri Wikileaks

Wikileaks pernah membeberkan penyiksaan oleh pasukan Irak dan bahwa jumlah warga sipil yang tewas 15.000 lebih banyak daripada yang dilaporkan

Amerika Serikat menulis surat kepada pendiri situs pengungkap dokumen rahasia Wikileaks, Julian Assange, meminta dia agar tidak menerbitkan sejumlah dokumen diplomatik.

Sebelumnya Wikileaks mengumumkan pihaknya akan membocorkan satu set dokumen rahasia baru yang lebih besar daripada penerbitan sebelumnya mengenai Afghanistan dan Irak.

Assange menuding pihak berwenang Amerika takut karena akan dituntut bertanggung jawab.

Bocoran terbaru ini diperkirakan akan meliputi dokumen-dokumen mengenai tindakan AS dan pandangan-pandangan rahasia sejumlah diplomat dari sejumlah negara termasuk Australia, Inggris, Kanada, Israel, Rusia dan Turki.

Surat dari penasihat hukum Departemen Luar Negeri AS, Harold Koh, itu merupakan tanggapan terhadap surat dari Assange kepada Duta Besar AS untuk Inggris, Louis Susman.

Assange meminta diberitahu siapa saja yang akan terancam jiwanya bila dokumen itu dibeberkan, demikian pernyataan Deplu AS.

Seorang pejabat senior Amerika mengatakan kepada BBC bahwa Assange menawarkan perundingan mengenai pembatasan penulisan.

Sebagai tanggapan Koh menuntut agar Wikileaks mengembalikan dokumen-dokumen resmi kepada pemerintah Amerika.

"Kami tidak akan bernegosiasi mengenai penerbitan lebih jauh atau membahas materi rahasia milik pemerintah Amerika yang didapat dengan cara ilegal," tulis Koh dalam surat itu.

Tujuh kali lebih besar

Surat Koh itu menambahkan bahwa penerbitan dokumen rahasia milik Departemen Luar Negeri itu melanggar undang-undang Amerika dan akan mengancam nyawa "yang tidak terhitung jumlahnya", dari wartawan sampai aktivis HAM dan blogger, dan memperbesar risiko operasi militer Amerika.

Media massa AS melaporkan surat seperti itu merupakan langkah yang jarang dilakukan oleh pemerintah Amerika dan mencerminkan kekhawatiran pemerintah mengenai dampak pembocoran itu.

Sebelumnya Wikileaks mengatakan bahwa dokumen rahasia ini volumenya tujuh kali lipat lebih besar daripada hampir 400.000 dokumen Pentagon terkait perang Irak yang diterbitkan situs itu bulan Oktober lalu.

Wikileaks belum mengumumkan kapan dokumen-dokumen itu akand iterbitkan, tetapi ada spekulasi bahwa penerbitan itu akan dilakukan hari ini (Minggu 28/11).

Para pengamat mengatakan Amerika dan sekutu-sekutunya berpotensi dipermalukan oleh publikasi penilaian jujur dari berbagai diplomat asing.

Media Inggris mengatakan pemerintahnya mengkhawatirkan penerbitan dokumen itu dapat menyebabkan warga negara Inggris yang ada di negara-negara Muslim dijadikan sasaran balas dendam terhadap pandangan-pandangan yang dianggap "anti-Islam".

Kementrian Pertahanan Inggris mendesak para redaktur media Inggris agar "selalu mengingat" dampak penerbitan bocoran itu terhadap keamanan nasional.

•detik

Wikileaks, AS peringatkan sekutu

Wikileaks
Wikileaks sebelumnya membocorkan dokumen Irak dan Afghanistan

Amerika Serikat memberitahu pemerintahan sejumlah negara, termasuk Inggris, tentang kemungkinan dikeluarkannya dokumen diplomatik oleh Wikileaks.

Sejumlah laporan menyebutkan Turki, Denmark, Israel dan Norwegia juga diperingatkan akan kemungkinan mendapat malu karena pembocoran itu.

Departemen luar negeri AS menyatakan penyebaran pesan diplomatik akan "menciptakan ketegangan" antara diplomat AS dan "rekan-rekannya di dunia".

Wikileaks mengatakan pemerintah AS khawatir karena harus bertanggungjawab.

Para pengamat memandang AS dan sekutunya kemungkinan akan dipermalukan akibat penerbitan hasil kajian blak-blakan terhadap pemerintah asing oleh para pejabatnya.

Wikileaks belum memastikan kapan dokumen tersebut akan diterbitkan.

Situs internet yang dibuat Julian Assange menyatakan permulaan minggu ini bahwa pembocoran dokumen tersebut kemungkinan akan tujuh kali lebih besar daripada 400 ribu dokumen Pentagon perang Irak yang diterbitkan bulan Oktober.

Spekulasi

Juru bicara departemen luar negeri PJ Crowley memperingatkan hari Rabu bahwa dokumen-dokumen tersebut dapat memperlemah kepercayaan kepada AS sebagai rekan diplomatik.

"Saat kepercayaan dirusak dan kemudian muncul di halaman muka surat kabar atau berita utama TV dan radio, maka pasti ada pengaruhnya," katanya.

Juru bicara Perdana Menteri Inggris David Cameron hari Jumat mengatakan: "Sudah pasti, pemerintah diberitahu pejabat Amerika, oleh duta besar Amerika, tentang kemungkinan isi bocoran ini.

"Saya tidak ingin berspekulasi tentang apa yang akan dibocorkan sebelum hal tersebut dibocorkan."

Wartawan BBC di Washington, Steve Kingstone mengatakan departemen luar negeri Amerika berusaha keras menghubungi sejumlah kedutaan besar asing.

Media masih belum mengetahui secara pasti apa yang dimiliki Wikileaks - yang diduga dapat berupa tiga juta dokumen - dan ada kemungkinan departemen luar negeri tidak mengetahui secara pasti apa yang dimiliki Wikileaks, lapor wartawan kami.

Sejumlah laporan surat kabar mengisyaratkan dokumen yang dibocorkan diantaranya adalah tentang pertolongan yang diberikan Turki kepada milisi al-Qaida di Irak dan bantuan AS kepada kelompok separatis Kurdi di Irak.

Dokumen lain yang diperkirakan akan dibocorkan adalah pesan kabel hubungan Israel-Amerika.

Sangat buruk

Duta besar Amerika untuk Irak James Jeffrey seperti dikutip kantor berita AFP mengatakan Wikileaks "sangat menghambat" usaha AS membina rasa percaya dengan negara-negara lain.

"Saya tidak memahami tujuan pembocoran dokumen-dokumen ini," dia mengatakan kepada wartawan di Baghdad. "Hal ini tidak membantu, hal ini merusak pekerjaan kami disini."

Sumber dokumen yang kemungkinan akan dibocorkan Wikileaks tidak diketahui.

Meskipun demikian, Prajurit satu militer AS Bradley Manning, seorang pengamat militer yang ditahan bulan Juni karena diduga membocorkan dokumen rahasia, saat ini masih ditahan menunggu persidangannya.

Dia diduga membocorkan akses jaringan rahasia untuk mendapatkan puluhan ribu pesan kabel departemen luar negeri AS, sebagian dari pesan tersebut adalah kabel rahasia.

Swedia minta pendiri Wikileaks ditahan

Assange menyangkal seluruh tuduhan itu pada bulan Agustus

Swedia mengeluarkan surat perintah penahanan internasional terhadap pendiri situs pembocor dokumen rahasia Wikileaks, Julian Assange, dalam kasus pemerkosaan.

Dia dicari atas dugaan melakukan pemerkosaan, pelecehan seksual dan pemaksaan ilegal, yang dia sangkal.

Berbagai tuduhan ini terkait dengan kunjungannya ke Swedia bulan Agustus lalu.

Assange, warga Australia yang tidak tinggal di Swedia, mengatakan berbagai tuduhan itu adalah bagian dari upaya untuk menghancurkan namanya.

Situs Wikileaks telah membeberkan beragam dokumen rahasia terkait kegiatan militer Amerika di Irak dan Afghanistan.

Jaksa penuntut di Stockholm memulai penyelidikan mengenai kasus ini Agustus lalu, namun kasus itu kemudian dibatalkan oleh jaksa agung sehari kemudian.

Bulan September lalu Direktur Penuntutan Swedia, Marianne Ny, membuka lagi penyelidikan, tetapi dia tidak meminta agar Assange ditahan.

Ny sekarang mengatakan Assange, 39 tahun, perlu diinterogasi.

Ketika tuduhan itu pertama kali muncul Assange mengatakan kemunculan tuduhan-tuduhan itu, ditengah berbagai kecaman terhadap Wikileaks karena membocorkan dokumen rahasia mengenai Afghanistan, sangat ganjil.

•detik

Siapa Orang Terkuat di Dunia Teknologi?

Washington - Siapakah orang yang dinilai paling kuat di ranah teknologi? Berdasarkan peringkat 100 orang paling berkuasa di dunia versi majalah Forbes, Bill Gates adalah jawabannya.

Pendiri Microsoft itu bertengger di peringkat ke sepuluh, sehingga berada di urutan teratas tokoh paling kuat yang berkecimpung di dunia teknologi.
Dia mengalahkan nama-nama besar lain termasuk dedengkot Apple, Steve Jobs.

Forbes antara lain memuji upaya besar Gates dalam bidang kemanusiaan. Memang setelah pensiun dari Microsoft, drop out universitas Harvard ini menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk membantu memerangi kemiskinan.

Ranking Gates 7 tingkat lebih tinggi ketimbang Steve Jobs. Mengenai Jobs, Forbes menyanjung dia karena memiliki kreativitas 'gila' dan kemampuan melakukan tranformasi industri secara rutin, dengan gadget semacam iPhone ataupun iPad.

Nama lain dari dunia teknologi yang masuk daftar adalah pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin di urutan ke 22. Kemudian ada pula sang bos Facebook, Mark Zuckerberg di tempat ke 40.

Robin Li, Chief Executive mesin cari Baidu sukses bercokol di tempat ke 46. Lalu ada pemilik Amazon, Jeff Bezos di urutan 66. Seiring popularitas situs Wikileaks, Editor in chief situs pembocor dokumen rahasia ini, Julian Assange, berada di nomor 68.

Dalam daftar tersebut, posisi nomor satu orang paling berkuasa di dunia diisi oleh Presiden China, Hu Jintao diikuti oleh Barack Obama. Demikian seperti dilansir Telegraph dan dikutip detikINET, Senin (8/11/2010).

Menguak Agenda Kunjugan Obama

Jakarta - Jika tak ada aral melintang, Obama akan datang berkunjung ke Indonesia bulan November ini. Terlalu naïf rasanya jika kunjungan resmi seorang kepala negara adidaya hanya dilihat sebagai 'gesture' diplomatik tanpa muatan kepentingan. Sebab, sejatinya kunjungan kenegaraan adalah pintu utama pertukaran kepentingan. Bila Indonesia gagal memahami misi besar dalam kunjungan Obama, bukan tidak mungkin kita hanya menjadi pihak yang dimanfaatkan 'zonder' keuntungan yang signifikan.

Meredam Kekecewaan Dunia Islam

Agenda pertama kunjungan perdana Obama ke Indonesia, berhubungan langsung dengan kenyataan demografis negara kita. Indonesia merupakan rumah bagi komunitas muslim terbesar di dunia. Fakta demografis ini menjadi penting mengingat citra Amerika yang luluh lantak di dunia Islam hingga kini belum pulih seutuhnya.

Ambruknya citra Amerika di mata dunia Islam lebih disebabkan oleh kebijakan sembrono mantan presiden George Bush. Bush Junior dengan ringannya menginvasi Irak, dan Afghanistan serta mengajak Iran untuk 'berduel'. Sehingga, lumrah saja bila mayoritas penduduk negara-negara Islam mempersepsikan bahwa Amerika sedang berperang dengan Islam. Barack Hussein Obama yang terpilih 2008 lalu, tampil dengan membawa janji untuk merubah tingkah laku unilateral Amerika di dunia internasional.

Dalam safari pidato di Turki dan Mesir 2009 lalu, dengan berapi-api Obama berjanji untuk segera menyelesaikan masalah yang ditimbulkan Amerika di Irak, Afghanistan dan Palestina. Namun setelah hampir dua tahun, kabar baik sepertinya tak kunjung datang. Benar  bahwa hak-hak politik rakyat Irak telah dipulihkan dengan pendudukan Amerika. Namun, demokrasi yang dinikmati oleh rakyat Irak menjadi tidak berarti dibanding jatuhnya korban sipil tiap hari tanpa henti. Benar pula, bahwa Obama telah menginstruksikan penarikan pasukan di Irak hingga di angka 50 ribu sampai Desember 2011 nanti. Namun, faktanya penarikan pasukan di Irak terlihat seperti re-posturisasi kekuatan Amerika di kawasan tersebut. Sebab pada saat yang bersamaan, justru Amerika memerintahkan 30 ribu pasukan tambahan di Afghanistan (Lihat BBC News.com 3 Agustus 2010).

Fakta  tersebut diperparah oleh munculnya situs WIKILEAKS yang  mempublikasikan dokumen rahasia terkait sepak terjang pasukan Amerika di Irak dan Afghanistan. Dari kurang lebih 400 ribu dokumen, tidak sedikit di antaranya yang membuka aib prilaku brutal pasukan Amerika di wilayah konflik, mulai dari penyiksaan, pembunuhan masyrakat sipil hingga penistaan terhadap pasukan musuh yang sudah menyerah. Akibatnya, ekspektasi positif dunia Islam yang tadinya sudah direngkuh Obama, lambat laun buyar kembali.

Dalam konteks inilah, kunjungan Obama ke Indonesia merupakan bagian dari langkah konsisten Kampanye Pencitraan Internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya  permintaan Obama untuk berkunjung ke Istiqlal dan berpidato secara terbuka. Tayangan Obama yang tengah berpidato dan disambut hangat oleh muslim Indonesia tentu diniatkan untuk menimbulkan efek simpati global bagi Amerika Serikat.

Meredam China


Namun, upaya penguatan citra positif di  dunia Islam, bukanlah satu-satunya target utama Amerika. Meredam kekecewaan dunia Islam hanyalah bagian strategi Amerika yang sedang bersiap-siap menghadapi kekuatan yang selama ini kerap dilalaikan, China. Langkah ini mutlak diperlukan, sebab negara sebesar Amerika Serikat sekalipun tetap akan kewalahan bila harus menghadapi persaingan di dua front sekaligus. Dunia Islam dan China. Diharapkan, citra positif yang akan dipancarkan melalui Indonesia, sedikit banyak akan mampu mengisolasi kemelut yang sedang dihadapi Amerika di Dunia Islam. Sehingga, sumber daya Amerika yang tengah terkuras, dapat dialihkan untuk menghadapi China,

Amerika memang memiliki alasan yang logis untuk nervous terhadap China. Semenjak reformasi ekonomi yang diluncurkan Deng Xiaoping awal tahun 80-an, PDB China tumbuh pesat dalam kisaran rata-rata 8,5% pertahun (lihat China Task Force report, Council on Foreign Relations, www.cfr.org). Setelah berhasil menggeser Jerman pada tahun 2007 (Lihat The Wall Street Journal, 21 Januari 2010) dan Jepang pada 2010 (lihat www.Bloomberg.com 16 agustus 2010), China kini menjadi Negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua dunia, dan hanya setingkat di bawah Amerika Serikat. Jika tren pertumbuhan ekonomi China berlanjut terus, Goldman Sachs memprediksi pada rentang 2025 hingga 2040, besaran ekonomi China akan sama dengan Amerika Serikat. Dan pada 2050, China dapat menggeser posisi Amerika menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Apakah konsekuensinya? Selain mengangkat 400 juta rakyat China (lihat Task Force report) dari garis kemiskinan, pertumbuhan ekonomi yang dashyat mendorong China untuk memperkuat dua variabel  strategis. Kekutan militer dan pengaruh kawasan. Bermodalkan kekuatan ekonomi, prosentase anggaran militer China mengalami peningkatan dua digit setiap tahunnya, Kini China bukan hanya mampu memodernisasi persenjataan, namun juga membangun armada laut yang kuat dan memiliki kapabilitas ofensif.

Konsekuensi kedua ialah perluasan pengaruh kawasan. Dalam kalkulasi Geopolitik, di arah timur dan Pasifik, China terhadang oleh Taiwan, Jepang dan Korea Selatan yang notabene sekutu erat Amerika Serikat. Di bagian utara, China masih bermasalah dengan Rusia. Di arah barat, pasukan Amerika jelas hadir di Irak dan Afghanistan. Hubungan dengan India juga tidak bisa dikatakan harmonis. Sehingga perluasan pengaruh yang paling dimungkinkan adalah melalui arah selatan.

Di sinilah Indonesia\memainkan peranan penting. Sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara, China jelas akan meningkatkan pengaruhnya di Indonesia, baik melalui perdagangan, investasi maupun bantuan secara langsung. Pentingnya posisi Indonesia pernah diungkapkan oleh Brezinzki, mantan anggota Dewan Keamanan Nasional Amerika. Ia mengatakan, "US must construct a coalition around China, which is an increasingly powerful land independent player, and that the coalition must include Indonesia as they could become an important obstacle to Chinese south ward aspiration". Singkatnya, Indonesia akan menjadi medan baru perebutan pengaruh antara Amerika dan China. Dan Obama akan berupaya dengan segala cara untuk memastikan Indonesia tetap dalam lingkar pengaruh Amerika Serikat dan tidak berpaling ke China.

Mengingat nilai strategis Indonesia bagi keberhasilan dua agenda penting Obama, bukan saatnya Indonesia menundukkan kepala dan malu-malu berhadapan dengan negara adidaya tersebut. Indonesia harus agresif mendesakkan agenda yang dipandang merupakan bagian dari kepentingan nasional. Dan bila kepentingan nasional kita tidak diakomodasi Amerika, bukan langkah yang salah bila sejenak Indonesia mengalihkan pandangan ke China.

*) Rico Marbun MSc adalah peneliti The Future Institute, staf Pengajar Hub Internasional Univ Paramadina dan PTIK. Alamat email: ricoui@yahoo.com

•detik

AS Bantah Tudingan Membiarkan Penyiksaan Tahanan Irak

Washington - Dalam dokumen-dokumen rahasia mengenai perang Irak yang dibocorkan situs WikiLeaks, militer Amerika Serikat (AS) dituding membiarkan penyiksaan tahanan yang dilakukan pasukan Irak.

Namun tudingan itu dibantah oleh Jenderal George Casey, kepala staf Angkatan Darat AS yang sebelumnya memimpin pasukan di Irak selama hampir tiga tahun.

Casey membantah pemberitaan sejumlah media yang menyebutkan militer AS menutup mata atas penganiayaan tahanan Irak.

"Bukan begitu kasusnya. Kebijakan kami selama ini adalah ketika tentara-tentara Amerika mendapati penyiksaan tahanan, mereka menghentikannya dan kemudian segera melaporkannya ke rantai komando Amerika dan rantai komando Irak," ujar Casey kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (26/10/2010).

Dalam situsnya, WikiLeaks mulai melempar dokumen-dokumen rahasia mengenai perang Irak ke publik pada 22 Oktober lalu. WikiLeaks mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Tiap catatan itu tergolong 'SIGACT' (Significant Action in the war). Ini kali pertama detil kejadian yang dilihat dan didengar tentara AS langsung di medan perang bisa diketahui oleh masyarakat luas. Padahal sebelumnya catatan tersebut tidak pernah diizinkan oleh pemerintah AS diumumkan ke publik.

Isi dokumen berisi antara lain data 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 orang tentara pasukan koalisi.

Dalam dokumen tersebut juga disebutkan bahwa ada sekitar 15 ribu kematian korban sipil yang sebelumnya tidak pernah dilaporkan AS. Namun hal itu dibantah Casey.

Menurutnya, pasukan AS secara teratur mendatangi rumah-rumah duka untuk mencari tahu jumlah korban tewas. "Kami secara aktif pergi keluar dan mencoba memahami dampak tindakan-tindakan kami serta tindakan kelompok-kelompok militan terhadap warga sipil," ujar Casey.

Jumlah dokumen rahasia militer yang dibocorkan WikiLeaks tersebut berjumlah hampir 400 ribu dokumen. Juru Bicara Departemen Pertahanan AS telah menyatakan, kebocoran dokumen ini mungkin akan mengancam keselamatan sekitar 300 informan militer AS di Irak.

Departemen Pertahanan AS telah mengorganisasi tim untuk membandingkan dokumen yang dipublikasikan WikiLeaks dengan dokumen asli Pentagon untuk memastikan ancaman yang ditimbulkan terhadap pasukan AS, sekutu, serta tentara-tentara yang sedang bertugas di Irak.

•detik

Dokumen Perang Irak Bocor, Media China Kecam AS

Jakarta - Bocornya dokumen-dokumen perang Irak yang dipublikasikan situs WikiLeaks dimanfaatkan oleh media pemerintah china untuk menyerang pemerintah Amerika Serikat (AS). Dicetuskan bahwa kebocoran itu telah merusak kredibilitas AS sebagai pelindung HAM.

"Besarnya kejahatan tersebut akan membuat setiap orang benar marah. Itu lagi-lagi memberikan tanda tanya besar terhadap citra AS yang memproklamirkan diri sebagai juara HAM dunia," tulis China Daily dalam komentarnya seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (25/10/2010).

Hal itu ditulis media China Daily setelah pemerintah Beijing dikritik dalam laporan oleh komisi para pejabat pemerintah dan anggota parlemen AS. Dalam laporan itu, AS mengkritik kekerasan yang kian meningkat oleh Beijing terhadap para aktivis HAM dan pengacara.

Isu HAM selalu menjadi isu sensitif dalam hubungan AS-China. Awal bulan ini, Washington menyerukan pembebasan Liu Xiaobo setelah pembangkang China yang dipenjara itu diumumkan meraih penghargaan Nobel Perdamaian.

"Selama bertahun-tahun, AS telah menggunakan banner HAM untuk mengkritik yang lain, khususnya negara-negara berkembang," demikian China Daily. "Namun AS menolak untuk mengklarifikasi atau meralat pelanggaran-pelanggaran HAM-nya sendiri seperti tercatat dalam dokumen-dokumen WikiLeaks," demikian China Daily.

Menurut media pemerintah China itu, dokumen-dokumen tersebut membuat dunia melihat standar ganda dan sepihak AS.

"AS akan kehilangan kredibilitas jika tak bisa menghadapi pelanggaran HAM-nya sendiri dengan tepat," tegas China Daily.

Dokumen-dokumen yang dimuat WikiLeaks tersebut berisi laporan perang Irak sejak 2004 hingga 2009. Dokumen tersebut memberikan gambaran perang yang terjadi, khususnya kekerasan terhadap warga sipil Irak oleh pasukan keamanan dan para tahanan perang.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa militer AS tutup mata menyaksikan penyiksaan dan kekerasan yang terjadi terhadap warga sipil. Dalam dokumen disebutkan, sekitar 15 ribu warga sipil tewas.

Sebanyak 400 ribu dokumen yang dipublikasikan oleh situs WikiLeaks tersebut, sebagian besar ditulis oleh prajurit yang bertugas di lapangan. Detail laporan juga menyebutkan aksi penembakan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh pasukan AS.

Pasukannya dalam Bahaya, Inggris Kutuk Ulah WikiLeaks

Jakarta - Reaksi keras atas bocornya 400.000 dokumen rahasia militer Amerika Serikat (AS) pada perang Irak datang dari Inggris. Mereka mengutuk perbuatan yang dilakukan oleh situs WikiLeaks tersebut.

Menurut Inggris, salah satu negara penyokong invasi AS ke Irak tahun 2003 itu, bocornya dokumen telah membuat kehidupan pasukannya dalam bahaya. Demikian seperti dikutip dari AFP, Sabtu (23/10/2010).

"Kami mengutuk setiap peluncuran yang tidak sah," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataannya.

Selain membuat kehidupan serdadu Inggris dalam bahaya, katanya, pengungkapan dokumen itu membuat operasi di Irak menjadi persoalan yang makin sulit.

Dokumen rahasia militer AS yang berisi aksi tentaranya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen-dokumen penting itu pada tanggal 22 Oktober 2010 lalu. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer AS.

Isi dokumen antara lain berisi adanya 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 pasukan koalisi.

"Tidak bisa berspekulasi pada detail tertentu dari dokumen tersebut tanpa penyelidikan lebih lanjut. Sementara penyelidikan atas Irak sedang berlangsung," imbuh juru bicara tersebut.

Sementara itu, pendiri WikiLeask, Julian Assange, membela keputusannya membeberkan dokumen rahasia AS mengenai perang di Irak.

Seperti dilancir bbc.co.uk, Julian mengatakan, rincian mendalam mengenai konflik ini disebarluaskan dalam upayanya menguak kebenaran mengenai perang tersebut.

•detik

PM Irak mengecam Wikileaks

Kantor PM Irak menyatakan dokumen tidak membuktikan ada penyiksaan

Perdana Menteri Irak Nourki al-Maliki mengkritik waktu peluncuran hampir 400 ribu dokumen rahasia militer Amerika Serikat mengenai konflik di sana oleh Wikileaks.

Kantor Nouri al-Maliki menuduh pelepasan dokumen itu menyabotase upayanya membentuk pemerintah baru dengan membuat tuduhan dia terkait dengan pasukan pembunuh Syiah.

Maliki, seorang Syiah, berusaha mempertahankan jabatannya setelah pemilihan Maret lalu yang tidak menghasilkan kemenangan telak.

Wikileaks menyatakan pembeberan dokumen itu bertujuan mengungkapkan kebenaran mengenai perang di Irak.

Dalam pernyataan kerasnya, kantor al-Maliki membantah anggapan bahwa pasukan yang berada di bawah kendalinya bertindak sebagai pasukan pembunuh.

Wartawan BBC Jim Muir di Baghdad menyebutkan, tuduhan bahwa Maliki terkait dengan pasukan pembunuh yang bertanggung jawab atas konflik sektarian tahun 2006 sampai 2007 terutama diungkap jaringan televisi Al Jazeera.

Kantor Maliki menyatakan pasukan Irak menghormati ketentuan hukum dan tidak bertindak di luar pertimbangan sektarian.

Pernyataan itu menuduh Wikileaks sebagai "permainan media yang bermotif tujuan politik tertentu".

Pendiri Wikileaks Julian Assange mengatakan catatan-catatan itu menunjukkan telah terjadi "pertumpahan darah di setiap sudut Irak" dan memberikan bukti mengenai kejahatan perang.

Namun Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Laksamana Mike Mullen mengecam keras pembeberan informasi rahasia.

Dalam sebuah pesan di Twitter, dia menyebut Wikileaks "tidak bertanggung jawab" dan mengatakan situs internet itu "membahayakan nyawa seseorang dan memberikan musuh informasi berharga."

Langkah Wikileaks itu, kata wartawan BBC Jim Muir di Baghdad, tidak banyak menarik perhatian masyarakat Irak.

•detik

Kementerian HAM Irak: Tak Ada yang Mengejutkan

Baghdad - "Tidak ada yang mengejutkan". Itulah komentar Kementerian Hak Asasi Manusia Irak tentang dokumen rahasia militer Amerika Serikat (AS) yang dibongkar oleh Wikileaks.

Juru Bicara Kementerian tersebut, Kamil al-Amin, mengatakan, isi laporan itu bukanlah sesuatu yang baru. Sebab, pihaknya telah mengungkap banyak kasus termasuk penyiksaan di penjara Abu Ghraib.

Abu Ghraib adalah penjara yang dibangun di bawah Presiden Saddam Hussein. Penjara menyeramkan itu lalu diambil alih oleh pasukan AS setelah invasi pada 2003.

Sebuah kekejaman tentara AS terhadap warga negara Irak di penjara itu sempat terungkap sebelumnya. Demikian seperti dikutip dari AFP, Sabtu (23/10/2010)

Dokumen rahasia militer AS yang berisi aksi tentaranya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen-dokumen penting itu pada tanggal 22 Oktober 2010 lalu. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer AS.

Isi dokumen berisi antara lain ada 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 pasukan koalisi.

Namun, Amin sekali lagi mengatakan, "Kami tidak terkejut dengan informasi yang beredar sekarang itu. Adanya 109.000 korban jiwa dalam perang Irak mendekati jumlah yang telah dibeberkan oleh kementerian kesehatan Irak," ujarnya.

•detik

Wikileaks bela keputusan bocorkan dokumen

Assange mengatakan dokumen itu sudah diedit

Pendiri situs yang menerbitkan bocoran dokumen Wikileaks membela keputusannya membeberkan hampir 400.000 dokumen rahasia Amerika Serikat mengenai perang di Irak.

Julian Assange mengatakan "rincian mendalam" mengenai konflik ini disebarluaskan dalam upayanya menguak kebenaran mengenai perang tersebut.

"Perang tulisan di internet" ini mengisyaratkan bahwa bukti-bukti terjadinya penyiksaan diabaikan dan rincian kematian ribuan warga Irak diabaikan oleh Amerika Serikat.

Perdana Menteri Irak mengatakan penerbitan dokumen-dokumen itu akan berujung pada campur tangan politik di negaranya.

Satu pernyataan dari kantor PM Nouri al-Maliki menuduh Wikileaks mencoba menyabotase upaya dia membentuk sebuah pemerintah baru dengan menciptakan kemarahan "terhadap para pemimpin partai nasional, khususnya terhadap Perdana Menteri".

Maliki, penganut Islam Syiah, berjuang mempertahankan jabatannya setelah pemilu bulan Maret lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak.

Lawannya dari golong Sunni mengatakan bocoran-bocoran dokumen yang dipublikasikan di situs Wikileaks menggarisbawahi perlunya menciptakan pemerintah berbagi kekuasaan, daripada satu pemerintahan yang kekuasaannya terpusat di tangan Maliki.

Korban perang?

Amerika Serikat dan Inggris mengecam publikasi dokumen-dokumen rahasia yang terbesar dalam sejarah militer Amerika Serikat.

Baik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Inggris mengisyaratkan bahwa penerbitan itu hanya membuat nyawa orang-orang terancam.

Jurubicara Pentagon menilai dokumen-dokumen itu adalah pengamatan mentah dari unit-unit taktis yang isinya berupa cuplikan peristiwa-peristiwa tragis dan biasa.

Dia menyebutkan penyebaran dokumen-dokumen ini sebagai sebuah "tragedi" yang membantu musuh-musuh negara Barat.

Walau begitu ketika berbicara dalam sebuah konferensi pers di London untuk membela tindakannya, Assange mengatakan tidak satu orang pun yang dilaporkan jadi korban setelah 90.000 dokumen perang di Afghanistan diterbitkan Wikileaks awal tahun ini.

Dia mengatakan dokumen-dokumen itu sudah diedit untuk menghilangkan informasi-informasi yang berpotensi membahayakan seseorang dan menambahkan cuplikan peristiwa setiap hari itu menawarkan gambarakan "skala manusia" dari konflik itu.

Assange mengatakan kematian satu atau dua orang itu yang akhirnya bertumpuk menjadi "jumlah luar biasa" korban yang tewas di Irak.

Anwar Ibrahim mungkin gugat media

Anwar Ibrahim membantah dia melakukan sodomi

Tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim tengah mempertimbangkan untuk menempuh langkah hukum setelah situs pembocor informasi rahasia, Wikileaks merilis informasi yang tersirat menyatakan dia melakukan sodomi.

Anwar tengah diadili atas dakwaan melakukan hubungan seks dengan seorang pria yang pernah menjadi staf politiknya.

Kawat diplomatik yang dirilis di Wikileaks memperinci penilaian Singapura bahwa Anwar memang melakukan sodomi, tapi dia mungkin dijebak oleh para lawan politiknya.

Pengacara Anwar menyatakan politisi tersebut berencana mengadukan perkara ini ke pengadilan dengan alasan laporan di media lokal bisa mempengaruhi persidangan terhadap kliennya.

Sejak tuduhan sodomi itu muncul, Anwar Ibrahim membantah keras semua dakwaan yang dialamatkan kepada dirinya. Menurut Anwar, tuduhan itu bermotif politik.

Jika dinyatakan bersalah atas tuduhan liwath atau sodomi, tokoh pendiri Partai Keadilan Rakyat yang juga mantan wakil perdana menteri Malaysia itu bisa dihukum penjara 20 tahun.

Ini kali kedua Anwar didakwa melakukan sodomi.

Agen intelijen

Wartawan BBC Rachel Harvey melaporkan kawat diplomatik menyangkut Anwar tersebut itu dikirim pada November 2008, dan dibocorkan kepada kelompok media Australia, Fairfax.

Dalam kawat diplomatik tersebut, agen intelijen Singapura dikutip menyatakan kepada agen intelijen Australia bahwa Anwar Ibrahim memang melakukan tindakan yang didakwakan kepada dirinya.

Dengan kata lain, menurut wartawan kami, pihak Singapura yakin Anwar memang mensodomi asisten laki-lakinya tersebut.

Namun, pihak Singapura dan Australia sepakat bahwa tokoh oposisi Malaysia itu menjadi korban jebakan dan dia mungkin sengaja masuk ke jebakan itu.

Tuduhan yang bersumber dari dokumen yang dirilis Wikileaks dilaporkan banyak media di Malaysia dan negara tetangganya, Singapura, serta Australia.

•detik

Minggu, 12 Desember 2010

Wikileaks bela keputusan bocorkan dokumen

Assange mengatakan dokumen itu sudah diedit

Pendiri situs yang menerbitkan bocoran dokumen Wikileaks membela keputusannya membeberkan hampir 400.000 dokumen rahasia Amerika Serikat mengenai perang di Irak.

Julian Assange mengatakan "rincian mendalam" mengenai konflik ini disebarluaskan dalam upayanya menguak kebenaran mengenai perang tersebut.

"Perang tulisan di internet" ini mengisyaratkan bahwa bukti-bukti terjadinya penyiksaan diabaikan dan rincian kematian ribuan warga Irak diabaikan oleh Amerika Serikat.

Perdana Menteri Irak mengatakan penerbitan dokumen-dokumen itu akan berujung pada campur tangan politik di negaranya.

Satu pernyataan dari kantor PM Nouri al-Maliki menuduh Wikileaks mencoba menyabotase upaya dia membentuk sebuah pemerintah baru dengan menciptakan kemarahan "terhadap para pemimpin partai nasional, khususnya terhadap Perdana Menteri".

Maliki, penganut Islam Syiah, berjuang mempertahankan jabatannya setelah pemilu bulan Maret lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak.

Lawannya dari golong Sunni mengatakan bocoran-bocoran dokumen yang dipublikasikan di situs Wikileaks menggarisbawahi perlunya menciptakan pemerintah berbagi kekuasaan, daripada satu pemerintahan yang kekuasaannya terpusat di tangan Maliki.

Korban perang?

Amerika Serikat dan Inggris mengecam publikasi dokumen-dokumen rahasia yang terbesar dalam sejarah militer Amerika Serikat.

Baik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Inggris mengisyaratkan bahwa penerbitan itu hanya membuat nyawa orang-orang terancam.

Jurubicara Pentagon menilai dokumen-dokumen itu adalah pengamatan mentah dari unit-unit taktis yang isinya berupa cuplikan peristiwa-peristiwa tragis dan biasa.

Dia menyebutkan penyebaran dokumen-dokumen ini sebagai sebuah "tragedi" yang membantu musuh-musuh negara Barat.

Walau begitu ketika berbicara dalam sebuah konferensi pers di London untuk membela tindakannya, Assange mengatakan tidak satu orang pun yang dilaporkan jadi korban setelah 90.000 dokumen perang di Afghanistan diterbitkan Wikileaks awal tahun ini.

Dia mengatakan dokumen-dokumen itu sudah diedit untuk menghilangkan informasi-informasi yang berpotensi membahayakan seseorang dan menambahkan cuplikan peristiwa setiap hari itu menawarkan gambarakan "skala manusia" dari konflik itu.

Assange mengatakan kematian satu atau dua orang itu yang akhirnya bertumpuk menjadi "jumlah luar biasa" korban yang tewas di Irak.

Iran Persenjatai Milisi untuk Menculik dan Membunuh Tentara AS

Jakarta - Sejumlah fakta semasa perang Irak bocor karena dokumen rahasia militer beredar ke publik lewat wikileaks. Termasuk dokumen yang berisi tentang nimbrungnya Iran dalam kekacauan di Irak.

Reuters memberitakan, Sabtu (23/10/2010), dalam dokumen tersebut Iran disebut terlibat perang bayangan dengan pasukan AS di Irak. Teheran dituding menggunakan milisi untuk membunuh dan menculik prajurit AS.

Milisi dilatih sedemikian rupa oleh, yang diduga kuat, Garda Revousi Iran. Bahkan pada Agustus lalu, utusan khusus AS di Irak menyebutkan Iran bertanggung jawab atas 1/4 korban tentara AS yang tewas.

Belum ada tanggapan dari Iran atas informasi yang beredar ini. Namun Menlu AS Hillary Clinton mengatakan informasi rahasia yang beredar bebas bisa membuat warga AS dalam bahaya. Pentagon juga memperingatkan bocornya dokumen ini bisa membuat nyawa pasukan AS dan rakyat Irak terancam.

Pendapat berbeda diutarakan oleh anggota kongres dari Partai Demokrat, Dennis Kucinich dari Ohio. Dia berpendapat informasi perang di Irak harus dibeberkan supaya rakyat AS tahu.

"Rakyat AS punya hak untuk tahu berapa banyak orang tak bersalah tewas di Irak. Bisa saja lebih dari jutaan orang tak bersalah tewas karena invasi dan perang yang berkelanjutan," katanya

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen tersebut ke publik pada tanggal 22 Oktober 2010. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Dari data ini terlihat kalau lebih dari 60 persen korban tewas adalah warga sipil. Hampir 31 warga tak bersalah harus meregang setiap harinya di Irak selama 6 tahun pendudukan As di Irak.

Bangunan Sipil Diledakkan Karena Ada 1 Terduga Musuh

Jakarta - Demi mengejar satu terduga musuh, militer AS tampaknya bisa melakukan tindakan apapun walau tergolong ekstrim. Termasuk meledakkan satu bangunan sipil.

Pendiri wikileaks Julian Assange mengatakan, berdasar dokumen rahasia militer AS yang berada di tangannya, ada sejumlah laporan yang bisa dijadikan terjadi salah target. Salah satunya adalah meledakkan bangunan sipil demi membunuh satu terduga musuh.

"Ada laporan penduduk sipil dibunuh di checkpoint, tahanan Irak disiksa pasukan koalisi, dan pasukan AS meledakkan seluruh bangunan sipil karena di dalamnya ada satu terduga musuh," demikian yang tertulis dalam wikileaks seperti dikutip detikcom dari reuters, Sabtu (23/10/2010).

Laporan lainnya menyebutkan ada helikopter Apache AS yang membunuh musuh yang sudah menyerah. Mereka beralasan musuh tidak bisa menyerah pada pesawat atau helikopter.

"CLEARED TO ENGAGE . / ___ STATES THEY CAN NOT SURRENDER TO AIRCRAFT AND ARE STILL VALID TARGETS."
Dalam websitenya, wikileaks mulai melempar dokumen tersebut ke publik pada tanggal 22 Oktober 2010. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Isi dokumen berisi antara lain ada 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 pasukan koalisi.

Dari data ini terlihat kalau lebih dari 60 persen korban tewas adalah warga sipil. Hampir 31 warga tak bersalah harus meregang setiap harinya di Irak selama 6 tahun pendudukan As di Irak.

•detik

Militer AS Tutup Mata Penyiksaan Tahanan Irak

Jakarta - Militer AS memegang kendali keamanan semasa pendudukan di Irak. Tapi mereka justru membiarkan saja aksi penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Irak terhadap tahanan perang.

Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia militer AS yang dirilis oleh Wikileaks. Tidak ada proses hukum terhadap polisi Irak yang menyiksa tahanan hingga cedera parah.

Wikileaks memberikan akses ke dokumen rahasia tersebut ke beberapa media internasional. Salah satu dokumen berisi cerita saat tahanan ditembak kakinya oleh polisi Irak. Tulang iganya patah, bagian tubuhnya terluka sana-sini karena juga dihantam oleh cambuk.

"Hasilnya: Tidak ada penyelidikan lebih lanjut," demikian yang ditulis The Guardian dan dikutip reuters, Sabtu (23/10/2010).

Amnesti International mempertanyakan kenapa pemerintah AS melakukan 'pembiaran' ini. Ada indikasi kalau pemerintah AS telah melanggar hukum internasional dengan menyerahkan tahanan ke pasukan keamanan Irak yang diketahui akan menyiksa mereka.

"Dokumen ini menjadi bukti tambahan kalau otorita AS telah tahu penyiksaan sistematis ini selama bertahun-tahun," ujar Direktur Amnesti International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Malcolm Smart.

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen tersebut ke publik pada tanggal 22 Oktober 2010. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Isi dokumen berisi antara lain ada 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 pasukan koalisi.

Dari data ini terlihat kalau lebih dari 60 persen korban tewas adalah warga sipil. Hampir 31 warga tak bersalah harus meregang setiap harinya di Irak selama 6 tahun pendudukan As di Irak.

Helikopter Apache Berondong Musuh yang Sudah Menyerah

Jakarta - Dokumen rahasia militer AS yang bocor di Wikileaks menunjukkan fakta-fakta pelanggaran HAM yang dilakukan tentara AS selama pendudukan di Irak. Dalam salah satu dokumen, tentara AS menembaki musuh yang diketahui sudah menyerah.

Pendiri Wikileaks Julian Assange mengatakan, salah satu dokumen berisi log perang helikopter apache yang membunuh musuh yang sudah menyerah. Dokumen itu menyebutkan kalau musuh tidak dapat menyerah pada helikopter.

"Isi dokumennya: Mereka tidak bisa menyerah pada pesawat/helikopter dan masih tetap jadi target valid," ujar Assange seperti detikcom kutip dari reuters, Sabtu (23/10/2010).

"CLEARED TO ENGAGE . / ___ STATES THEY CAN NOT SURRENDER TO AIRCRAFT AND ARE STILL VALID TARGETS."


Assange menceritakan pada jaringan televisi Al Jazeera kalau dokumen yang dimiliki Wikileaks berisi cukup bukti 40 pembunuhan yang tidak tepat sasaran. "Ada laporan warga sipil dibunuh di checkpoint," jelasnya.

Dokumen rahasia militer AS yang berisi kekejaman AS dan sekutunya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Rilis ini langsung mendapat respon dari pemerintah AS. Pentagon mengkritik Wikileaks yang telah membocorkan rahasia tersebut karena bisa membahayakan keselamatan prajurit AS dan 300 warga Irak yang selama ini membantu AS.

"Kami menyayangkan Wikileaks merilis dokumen rahasia ini ke orang-orang di seluruh penjuru dunia," ujar juru bicara Pentagon, Geoff Morrell.

•detik

Dokumen Militer AS di Wikileaks: Korban Perang Irak 60 % Sipil

Jakarta - Dokumen rahasia militer AS yang berisi aksi tentaranya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen tersebut ke publik pada tanggal 22 Oktober 2010. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Tiap catatan itu tergolong 'SIGACT' (Significant Action in the war). Ini kali pertama detil kejadian yang dilihat dan didengar tentara AS langsung di medan perang bisa diketahui oleh masyarakat luas. Padahal sebelumnya catatan tersebut tidak pernah diizinkan oleh pemerintah AS diumumkan ke publik.

Isi dokumen berisi antara lain data 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 orang tentara pasukan koalisi.

Dari data ini terlihat kalau lebih dari 60 persen korban tewas adalah warga sipil. Hampir 31 warga tak bersalah harus meregang setiap harinya di Irak selama 6 tahun pendudukan AS di Irak.

Rilis ini langsung mendapat respon dari pemerintah AS. Pentagon mengkritik Wikileaks yang telah membocorkan rahasia tersebut karena bisa membahayakan keselamatan prajurit AS dan 300 warga Irak yang selama ini membantu AS.

"Kami menyayangkan Wikileaks merilis dokumen rahasia ini ke orang-orang di seluruh penjuru dunia," ujar juru bicara Pentagon, Geoff Morrell, seperti yang dikutip detikcom dari reuters, Sabtu (23/10/2010).

AS abaikan penyiksaan warga Irak

Situs internet Wikileaks membocorkan hampir 400.000 dokumen Perang Irak

Dokumen militer Amerika yang dibocorkan situs Wikileaks menunjukkan Amerika membiarkan penyiksaan yang dilakukan aparat Irak.

Wikileaks yang membocorkan sekitar 400.000 dokumen rahasia Amerika juga menunjukkan bahwa ratusan warga sipil Irak dibunuh di pos-pos penjagaan Amerika setelah invasi tahun 2003.

Dokumen-dokumen yang bocor juga menunjukkan bahwa pemerintah Amerika mencatat kematian warga sipil Irak yang selama ini dibantah oleh pemerintah di Washington.

Menurut catatan ini korban yang jatuh akibat invasi dan pendudukan Irak mencapai 109.000 jiwa, yang 66.081 di antaranya adalah warga sipil.

Penerbitan dokumen rahasia Amerika ini menimbulkan reaksi keras dari pejabat-pejabat tinggi negara itu.

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan dokumen yang diterbitkan Wikileaks merupakan pengamatan lapangan oleh unit taktis yang hanya memberi snapshot mengenai peristiwa tragis sehari-hari.

Menanggapi tuduhan adanya penyiksaan, Pentagon mengatakan kebijakan pemerintah adalah selalu melaporkan tuduhan penganiayaan agar bisa ditindaklanjuti.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Hillary Clinton juga mengutuk penerbitan catatan-catatan militer rahasia itu yang menurutnya bisa membahayakan nyawa personil sipil dan militer Amerika dan sekutu-sekutunya.

Gugatan hukum

Julian Assange
Wikileaks sedang menyiapkan gugatan hukum atas 40 kasus pembunuhan

Pendiri situs internet Wikileaks Julian Assange mengatakan kepada stasiun televisi al-Jazeera bahwa pihaknya sedang bekerjasama dengan pengacara publik di Inggris untuk menyiapkan dokumen yang akan dipakai untuk menggugat 40 pembunuhan melawan hukum di Irak.

Wikileaks hari Jumat menerbitkan 391.831 dokumen Angkatan Darat Amerika dalam kategori Sigacts (Significant Actions) menggambarkan penyiksaan tawanan Irak oleh aparat pemerintah Irak.

Wartawan BBC Adam Brookes yang sudah melihat sebagian dokumen itu mengatakan penyiksaan itu dilakukan dengan aliran listrik, bor listrik, dan dalam kasus-kasus tertentu juga terjadi eksekusi.

Menurut dokumen-dokumen ini, Angkatan Bersenjata Amerika mengetahui pelanggaran-pelanggaran ini tetapi laporan yang disampaikan ke atas kemudian ditandai dengan tulisan "no further investigation" atau tidak perlu diselidiki lebih lanjut.

Salah satu dokumen menyebutkan bahwa tentara Amerika mendapat video eksekusi yang dilakukan seorang perwira Irak atas seorang tawanan di kota Tal Afar, Irak Utara.

•detik

Pentagon Was-was Rencana WikiLeaks Bocorkan Dokumen Perang Irak

Washington - Rencana pembocoran dokumen rahasia oleh WikiLeaks kembali membuat Pentagon waspada. Mereka menjaga betul dokumen-dokumen rahasia mereka, karena WikiLeaks sesumbar akan membocorkan 400.000 dokumen militer perang Irak.

Pembocoran besar-besaran yang kemungkinan dilakukan minggu ini, akan lebih besar daripada yang pernah dilakukan sebelumnya. WikiLeaks pernah membocorkan 77.000 dokumen rahasia perang Afghanistan, termasuk nama-nama informan perang.

Untuk mencegah kebocoran data intelijen perang Irak, pejabat-pejabat Pentagon menyiagakan 120 orang satgas khusus. "Mereka sejak beberapa minggu lalu menyisir setiap database Pentagon dan memperkirakan kemungkinan dampak yang terjadi," kata Jubir Pentagon, Kolonel David Lapan, seperti dilansir AFP, Senin (18/10/2010).

Departemen Pertahanan AS khawatir, jika WikiLeaks sungguh membocorkan dokumen mereka, akan ada data-data aktivitas perang Irak yang penting. Misalnya saja serangan terhadap pasukan koalisi, tentara Irak, warga sipil ataupun laporan taktis dan unit-unit tempur.

Lapan meminta WikiLeaks mengembalikan dokumen-dokumen itu kepada pihak militer AS. Lapan menilai kalau WikiLeaks tidak mengerti arti dari dokumen-dokumen itu sesungguhnya.

"Tidak sesederhana soal membocorkan nama. Banyak hal lain yang berpotensi merusak," jelas Lapan.

WikiLeaks diduga kembali berkolaborasi dengan sejumlah media yang mempublikasikan bocoran perang Afghanistan. Mereka antara lain New York Times dari AS, Guardian dari Inggris dan Der Spiegel dari Jerman.

WikiLeaks tetap tidak menyebutkan sumbernya. Namun tudingan pemerintah AS tetap tertuju pada analis intelijen militer AS, Bradley Manning, yang kini menghadapi pengadilan militer. Manning ditangkap pada Mei 2010 setelah WikiLeaks membocorkan video helikopter AS membom warga sipil Irak.

Sementara sang pendiri WikiLeaks, Julian Assange, didera masalah hukum terkait kejahatan seksual di Swedia. Assange juga mengaku bangkrut dan situsnya ditutup setelah tidak bisa menerima donasi karena di-blacklist pemerintah AS dan Australia.

Kasus pendiri Wikileaks dibuka lagi

Kejaksaan Swedia membuka kembali penyelidikan kasus perkosaan yang melibatkan pendiri situs web Wikileaks, Julian Assange.

Direktur lembaga penuntutan umum Swedia Marianne Ny mengatakan terdapat alasan untuk meyakini bahwa tindak kriminal perkosaan telah terjadi.

Pekan lalu aparat hukum Swedia membatalkan surat perintah penangkapan bagi Assange yang dituduh melakukan perkosaan dan pencabulan.

Assange mengatakan tuduhan atas dirinya tidak berdasar sama sekali.

Assange mengkaitkan tuduhan atas dirinya dengan kritik terhadap Wikileaks yang membocorkan dokumen-dokumen tentang perang di Afghanistan.

Pada bulan Juli, Wikileaks menerbitkan 75.000 dokumen militer rahasia Amerika atas perang di Afghanistan.

Pemerintah Amerika menyatakan tindakan Wikileaks membahayakan nyawa tentara koalisi serta warga Afghanistan yang bekerja untuk pihak Barat.

Keputusan untuk membuka lagi kasus ini dilakukan setelah seorang wanita Swedia yang menuduh Assange memperkosa dirinya, mengajukan banding.

•detik

Memo CIA dibocorkan Wikileaks

Situs internet yang kerap membeberkan informasi rahasia, Wikileaks telah menerbitkan memo CIA yang membahas implikasi AS dipandang sebagai "eksportir terorisme".

Laporan tiga halaman Februari 2010 mengatakan keterlibatan perorangan yang bermukim di AS dalam terorisme bukan fenomena baru.

Memo itu memuat beberapa kasus tuduhan tindak terorisme oleh penduduk AS.

Seorang pejabat mengecilkan arti berkas laporan yang berasal satuan di CIA yang dinamai Red Cell. Dia menyatakan bocoran itu bukanlah blockbuster paper [dokumen sangat penting]".

Red Cell didirikan pasca serangan 9/11 dengan tugas menyodorkan pendekatan out-of-the-box (kreatif) dan menghasilkan memo yang memacu pemikiran bukannya menyodorkan taksiran autoritatif, kata situs internet CIA.

Juru bicara CIA George Little mengatakan: "Produk analitis semacam - yang jelas-jelas diidentifikasi berasal dari Red Cell CIA - dirancang hanya untuk memacu pemikiran dan menyuguhkan pandangan yang berbeda.


Mempertanyakan

Laporan, yang menyoroti serangan oleh teroris Irlandia-Amerika, Muslim dan Yahudi yang berbasis di AS atau didanai AS, mempertanyakan bagaimana persepsi luar negeri terhadap Amerika Serikat bisa berubah terkait dengan serangan yang terus dilancarkan.

Banyak perhatian akhir-akhir ini dicurahkan ke semakin banyaknya insiden teroris Islam yang berkembang di dalam Amerika melancarkan serangan terhadap sasaran-sasaran AS, khususnya di tanah air. Perhatian kurang diberikan terorisme dalam negeri, tidak hanya teroris muslim, yang diekspor ke luar negeri untuk menyasar warga non-AS, kata laporan yang telah dimuat di Wikileaks.

Memo berjudul What If Foreigners See the United States as an Exporter of Terrorism? menyimpulkan jika AS dipandang negara-negara lain sebagai eksportir terorisme, negara-negara tersebut mungkin menjadi kurang bersedia untuk bekerjasa sama dengan AS dalam penahanan, penyerahan dan interogasi tersangka di masa depan.

Wikileaks pada 23 Juli menerbitkan 76.000 berkas catatan militer AS yang memperinci aksi militer di Afghanistan, dan langkah pengelola situs internet tersebut dicap pihak berwenang AS sangat tidak bertanggungjawab.

Wikileaks kini menyatakan akan merilis 15.000 dokumen sensitif lain, begitu situs tersebut merampungkan kajian untuk menekan risiko pembeberan berkas-berkas tersebut bisa membahayakan keselamatan nyawa orang.

Julian Assange bersih

Pemerintah Swedia membatalkan sebuah surat penahanan untuk pendiri Wikileaks Julian Assange yang dituduh memperkosa dan melakukan pelecehan.

Di situs otoritas hukum Swedia disebutkan jaksa agung telah memutuskan bahwa Asange tidaklah menjadi tersangkap pemerkosa.

Surat penahanannya sendiri baru dikeluarkan Jumat lalu.

Situs Wikileaks yang dikritik karena membocorkan dokumen-dokumen perang Afghanistan, mengutip Assange mengatakan tuduhan pemerkosaan itu tidak berdasar.

Pesan yang juga muncul di Twitter dan dikatakan langsung dari Assange menyebut munculnya tuduhan itu sangat mengganggu.

Ditambahkan oleh Wikileaks bahwa: Polisi Swedia tidak sekalipun menghubungi dan bahwa mereka telah diperingatkan akan adanya tipu muslihat kotor.

Jaksa Agung Swedia Eva Finne dikatakan tidak akan membuat pernyataan lebih lanjut kecuali menyebut bahwa Julian Assange bukan tersangka pemerkosa dan karenanya tidak dalam status layak tahan.

•detik

Pendiri Wikileaks dituduh pemerkosa

Pemerintah Swedia mengeluarkan surat penangkapan terhadap pendiri Wikileaks Julian Assange atas tuduhan pemerkosaan.

Surat tersebut dikeluarkan hari Jumat, kata Karin Rosander jubu bicara kejaksaan Swedia.

Polisi Swedia berusaha menghubungi Assange tetapi masih belum berhasil, katanya kepada BBC.

Wikileaks, yang dikecam karena membocorkan dokumen perang Afghanistan, dikutip mengatakan tuduhan tersebut "tidak berdasar".

Di Twitter, Assange menyatakan munculnya tuduhan tersebut "pada saat ini sangatlah mengganggu".

Dalam sejumlah pesan di Twitter Wikileaks, situs pengungkap rahasia tersebut mengatakan: "Tidak seorangpun dihubungi polisi Swedia", dan sudah diperingatkan "sejumlah siasat kotor" akan muncul.


Penerbitan dokumen

Bulan lalu, Wikileaks menerbitkan lebih 90 ribu dokumen rahasia militer Amerika tentang perang Afghanistan.

Pemerintah AS mengecam pembocoran tersebut karena akan membahayakan kehidupan pasukan koalisi, warga Afghanistan dan para informan.

Assange mengatakan Wikileaks berencana menerbitkan 15 ribu dokumen lagi.

Rosander mengatakan Assange dituduh memerkosa dan menganiaya.

Dia tidak memberikan rincian tuduhan. Dia mengatakan sepengetahuannya tuduhan ini terkait dengan peristiwa yang terjadi di Swedia.

Sejumlah laporan media menyatakan Assange berada di Swedia minggu lalu untuk membicarakan pekerjaannya dan mempertahankan keputusan Wikileaks menerbitkan catatan perang Afghanistan.

Tuduhan tersebut pertama kali muncul di surat kabar Swedia Expressen.

Pakistan panggil duta besar Inggris

Pemerintah Pakistan telah memanggil duta besar Inggris di Islamabad berkaitan dengan komentar Perdana Menteri Inggris, David Cameron, beberapa waktu lalu.

Duta besar Inggris, Adam Thomson, sudah memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diajukan Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi, di ibukota Islamabad.

Usai pemanggilan, Kementrian Luar Negeri Inggris menyebutkan pertemuan keduanya membahas sejumlah masalah yang meluas, termasuk rencana kunjungan Presiden Asif Ali Zardari ke Inggris.

Pekan lalu Cameron membuat marah Pakistan karena menyebut negara itu mempromosikan ekspor terorisme.

"Kita tidak bisa mentolerir dalam pengertian apa pun, gagasan bahwa negara itu diijinkan untuk melihat kedua arah dan -dengan cara tertentu- mempromosikan ekspor terorisme, apakah itu ke India atau ke Afghanistan atau ke mana pun di bagian dunia lainnya."

Komentar itu meningkatkan ketegangan kedua negara dan dinas intelijen Pakistan membatalkan kunjungan yang sudah direncanakan ke Inggris sementara di Karachi warga membakar boneka David Cameron.


Tekanan bagi Zardari

Kini Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, yang mendapat tekanan untuk membatalkan kunjungan ke Inggris, yang direncanakan Selasa 3 Agustus 2010.

Menteri Penerangan Pakistan, Qamar Zaman Kaira, mengatakan Presiden Zardari dalam kunjungannya ke Inggris ingin mengupayakan koreksi atas "mispersepsi" David Cameron.

Komentar Cameron diungkapkan setelah bocornya dokumen Amerika Serikat di situs Wikileaks yang menuduh dinas intelijen Pakistan, ISI, membantu pemberontakan di Afghanistan.

Menurut dokumen-dokumen yang dirahasiakan tersebut, petugas intelijen Pakistan bertemu dengan Taliban untuk mengatur serangan atas pasukan Amerika Serikat di Afghanistan dan pembunuhan para pemimpin Afghanistan.

Namun Islamabad mengatakan mereka merupakan korban terorisme sama seperti negara lainnya.

Kelompok Taliban dan al-Qaida di Pakistan sudah menewaskan 3.500 orang dalam waktu tiga tahun belakangan.

Militer Pakistan melancarkan operasi terhadap kelompok-kelompok militan di Waziristan Selatan dan Lembah Swat di dekat perbatasan dengan Afghanistan, namun gempuran-gempuran itu tampaknya memicu serangan teror di kawasan Pakistan.

•detik

Presiden Pakistan akan tiba di Eropa

Menurut jadwal, presiden Pakistan tak lama lagi akan tiba di Eropa dalam rangka lawatan keliling yang juga akan mencakup Inggris.

Kunjungan ini dilakukan Presiden Zardari di tengah kontroversi yang belum reda setelah komentar Perdana Menteri David Cameron mengenai keterkaitan Paksitan dengan terorisme.

Para pejabat dinas rahasia Pakistan membatalkan kunjungan ke Inggris sebagai protes terhadap komentar Cameron itu.

PM Yusuf Gilani mengatakan Cameron semenstinya bisa membahas masalah-masalah seperti itu melalui saluran diplomatik.

Menteri penerangan Pakistan, Qamar Zaman Kairan, mengatakan kunjungan Presiden Zardari akan tetap diselengarakan sesuai rencana pada hari Selasa dan hubungan antara kedua negara tetap kuat.

Wartawan BBC, Caroline Hawley, mengatakan kunjungan yang juga akan dilakukannya ke Prancis akan tetap dilaksanakan kendati Pakistan marah besar akibat komentar Cameron itu.

Kemarahan itu terutama karena Cameron melontarkan komentar tersebut di India, seteru besar pakistan, tambah wartawan kami.

Berbicara kepada para wartawan di kota Bangalore, India selatan, pada Rabu, Cameron mengatakan; "Kami harus menyatakan sikap kami dengan sangat jelas kepada Pakistan. Kami ingin melihat Pakistan yang kuat, stabil dan demokratik."

"Kami tidak bisa membiarkan anggapan bahwa Pakistan boleh melihat ke dua arah, dan bisa mengekspor teror, apakah itu ke India, ke Afganistan atau ke mana saja di dunia."

Pernyataannya ini menyusul pembocoran dokumen-dokumen rahahasa militer Amerika di situs WikiLeaks yang berisi tuduhan bahwa Dinas Rahasia Pakistan (ISI) secara diam-diam membantu pemberontakan di Afghanistan.

Di Pakistan beredar laporan bahwa dutabesar negara itu mungkin akan dipanggil pulang sebagai protes terhadap pernyataan David Cameron itu.

pakistan
Melalui pidato di Provinsi Punjab hari Sabtu, perdana menteri Pakistan mengatakan di samping mendiskusikan terorisme di India, Cameron seharusnya juga mengecam keras "berbagai pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir India.

Gilani mengatakan lebih baik membahas masalah-masalah internasional melalui jalur diplomatik dan menambahkan bahwa pemerintah Pakistan akan menerapkan kebijakan ini.

Lawatan presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, akan dimanfaatkan untuk menjernihkan masalahnya, kata menteri penerangan Pakistan.

Wikileaks sangkal membunuh

Wikileaks menyangkal tuduhan Amerika Serikat bahwa penerbitan 90 dokumen rahasia tentang perang Afghanistan memakan korban.

Julian Assange mengatakan kepada BBC bahwa tidak terdapat bukti para informan dibunuh karena pembocoran dokumen tersebut.

Dia menuduh Pentagon berusaha mengalihkan perhatian dari ribuan orang yang tewas karena perang.

Gedung Putih meminta Wikileaks untuk tidak menerbitkan 15 ribu dokumen lain yang diduga dimiliki situs internet tersebut.

Assange mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah AS tidak memberikan bukti adanya orang tidak bersalah atau informan disiksa karena dokumen bocor tersebut.

Dia mengacu langsung kepada pernyataan Kepala Staf Bersama Amerika Laksamana Mike Mullen yang mengecam keras Wikilleaks.

"Kita harus berpikir mengapa Pentagon memusatkan perhatian kepada kemungkinan jatuhnya korban karena tindakan kami -meskipun tidak ada bukti- bukannya kepada 20 ribu orang yang tewas di Afghanistan seperti tercantum dalam dokumen yang kami terbitkan," kata Assange kepada BBC.

Menhan AS Tuding WikiLeaks Bahayakan Nyawa Orang Lain

Washington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Robert M. Gates mengecam situs WikiLeaks atas perilisan 75 ribu dokumen rahasia mengenai perang Afghanistan. Ditegaskan Gates, hal tersebut membahayakan jiwa dan membuat orang lain tak bisa mempercayai pemerintah AS untuk menjaga rahasia mereka.

Kepada para wartawan di Pentagon, Gates menyebutkan dokumen-dokumen rahasia tersebut semata-mata "tumpukan data mentah dan kesan-kesan perorangan yang hanya memberikan sedikit wawasan akan kebijakan-kebijakan dan peristiwa saat ini."

Meski begitu ditekankan Gates, pembocoran berkas-berkas tersebut, yang mencakup beberapa informasi mengenai warga Afghan yang telah membantu AS, memiliki konsekuensi yang sangat membahayakan.

"Konsekuensi di medan perang atas perilisan dokumen-dokumen ini adalah berpotensi parah dan berbahaya bagi pasukan kita, sekutu-sekutu kita dan mitra-mitra Afghan, serta bisa merusak hubungan kita dan reputasi di belahan dunia yang penting itu," tutur Gates.

"Sumber-sumber intelijen dan metode, serta taktik militer, teknik dan prosedur akan diketahui oleh musuh-musuh kita," imbuh Gates seperti dilansir New York Times, Jumat (30/7/2010).

Julian Assange, ahli komputer asal Australia yang mendirikan WikiLeaks membela perilisan sekitar 75.000 berkas rahasia mengenai perang Afghan di situsnya.

Dikatakan Assange, perilisan dokumen tersebut memberikan potret sebenarnya akan masalah-masalah seputar perang di Afghanistan. Ditegaskan Assange, pihaknya tidak merilis sekitar 15.000 dokumen karena alasan keselamatan.

Para pengacara Departemen Kehakiman AS saat ini tengah mengeksplorasi apakah Assange dan WikiLeaks bisa dituntut atas dakwaan berkonspirasi atau melanggar Undang-Undang tahun 1917 yang melarang pembeberan informasi keamanan nasional tanpa izin.

FBI diminta ikut usut kebocoran rahasia

Menhan AS Robert Gates meminta FBI untuk membantu menyelidiki bocornya lebih dari 90.000 laporan militer rahasia.

Dokumen-dokumen yang dipublikasikan hari Minggu memberikan rincian Perang di Afghanistan.

Gates mengatakan kebocoran berkas rahasia itu bisa berbahaya bagi pasukan AS dan sekutu, dan investigasi agresif akan menentukan bagaimana kebocoran itu terjadi.

Situs Wikileaks, yang mempublikasikan dokumen tersebut, menyatakan laporan-laporan tadi dihimpun oleh berbagai satuan militer AS pada tahun 2004-2009.

Dampak tempur disebarkannya dokumen tersebut bisa gawat dan berbahaya bagi pasukan kita, sekutu dan mitra Afghanistan, dan mungkin juga merusak hubungan dan reputasi kita di kawasan dunia yang penting tersebut, kata Gates kepada wartawan hari Kamis.

Dia mengatakan sumber dan metode intelijen dan juga taktik militer bisa diketahui musuh-musuh kita.

Gates menambahkan dia telah menghubungi direktur FBI Robert Muller hari Rabu dan meminta bantuan FBI dalam penyelidikan kami sebagai mitra.


Jumlah korban

Wikileaks mengatakan telah mencoba memastikan bahwa publikasi dokumen tidak membahayakan orang yang tidak bersalah, dan tidak mempublikasikan sekitar 15.000 laporan

Salah satu laporan yang dibuat tahun 2007 mengindikasikan bagaimana korban sipil mungkin dikesampingkan.

Laporan awal tidak menyinggung korban sipil ketika konvoi pasukan marinir di dekat Jalalabad melepaskan tembakan untuk bisa menerobos ke pangkalan setelah dilabrak oleh truk yang dijejali bahan peledak.

Update laporan tersebut menyatakan delapan warga sipil tewas dan 34 terluka. Laporan yang kemudian diterbitkan oleh Komisi HAM Afghanistan atas insiden tersebut mendapati 19 warga sipil terbunuh ketika marinir melaju di jalan bebas hambatan sambil menembakkan senjata mereka.

Laporan lain yang dibocorkan menyatakan anggota dinas intelijen Pakistan, ISI, mendukung Taliban dalam perang di Afghanistan. Namun, Islamabad membantah keras tuduhan tersebut.

Penyelidikan Difokuskan ke Spesialis Intelijen

Kebocoran Dokumen Rahasia AS

 Washington - Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) tengah bekerja sama dengan militer untuk menyelidiki sumber bocornya puluhan ribu berkas militer rahasia mengenai perang Afghanistan. Sebagian besar dari sekitar 91 ribu berkas rahasia itu diposting di situs WikiLeaks.

Penyelidikan itu difokuskan pada Bradley E. Manning, spesialis intelijen Angkatan Darat AS. Penyelidikan juga difokuskan pada orang-orang lainnya yang telah membantu pria berumur 22 tahun itu.

"Mereka akan melihat kemana saja bukti-bukti mengarah," kata juru bicara Pentagon, Kolonel Dave Lapan seperti dilansir Washington Post, Kamis (29/7/2010).

Manning belum lama ini dituntut atas dakwaan memberikan informasi rahasia ke sumber tak resmi sewaktu ditempatkan di Irak.

Seorang mantan hacker mengungkapkan bahwa Manning mengaku padanya telah mengirimkan dokumen-dokumen dan video ke situs WikiLeaks.

Dalam wawancara Minggu, 25 Juli lalu, mantan hacker tersebut, Adrian Lamo mengatakan, kemungkinan besar Manning merupakan sumber WikiLeaks untuk dokumen-dokumen rahasia mengenai perang Afghan.

Gedung Putih telah mengutuk pembocoran berkas-berkas rahasia tersebut. Pentagon pun telah melancarkan pemburuan untuk menemukan siapa yang membocorkan dokumen, yang salah satunya mengenai jumlah kematian warga sipil di Afghanistan yang sebelumnya tidak dilaporkan.

•detik

Pentagon Buru Pelaku Pembocoran Dokumen Rahasia Perang Afghan

Washington - Pentagon tengah melancarkan pemburuan untuk menemukan siapa yang membocorkan puluhan ribu dokumen rahasia mengenai perang di Afghanistan. Salah satu skandal kebocoran rahasia terbesar dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Pejabat-pejabat keamanan AS mengatakan, orang yang berada di balik pembocoran dokumen rahasia itu tampaknya memiliki akses rahasia ke dokumen-dokumen sensitif mengenai perang Afghanistan.

"Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk mencoba memastikan siapa yang bertanggung jawab," kata sekretaris pers Geoff Morrell seperti dilansir News.com.au, Rabu (28/7/2010).

"Sebelum kita mengetahui siapa yang bertanggung jawab, kita harus berpegang pada kemungkinan bahwa bisa jadi ada informasi lain yang belum diungkapkan," imbuh Morrell.

Sekitar 91.000 dokumen rahasia diterbitkan di situs internet Wikileaks pada Minggu, 25 Juli waktu setempat lalu. Berkas-berkas tersebut memuat rincian perang di Afghanistan, termasuk kematian korban sipil yang sebelumnya tidak dilaporkan. Dokumen-dokumen tersebut mulai dari tahun 2004 hingga 2009.

Salah satu isu paling kontroversial yang dibocorkan adalah seputar klaim bahwa Pakistan, sekutu kunci AS dalam perang melawan terorisme, mengizinkan mata-matanya bertemu Taliban secara langsung.

Berkas rahasia itu mengungkapkan kekhawatiran di kalangan NATO bahwa aparat intelijen Pakistan membantu Taliban. Namun Islamabad menepis kekhawatiran tersebut.

Gedung Putih mengutuk pembocoran berkas rahasia tersebut dan menyatakan aksi itu mungkin ancaman bagi keamanan nasional AS.

•detik

Obama tepis bocoran Wikileaks

Presiden AS Barack Obama mengatakan pembocoran dokumen rahasia mengenai perang di Afghanistan merisaukan, tapi tidak mengungkapkan informasi baru.

Dalam reaksi publik pertamanya atas pembocoran, Presiden Obama mengatakan data itu memperkuat alasan keputusannya untuk merombak strategi militer AS di Afghanistan.




Wikileaks, yang memposting dokumen rahasia di situs internet, menggambarkan berkas-berkas tersebut sebagai laporan medan tempur dan intelijen.

Rincian baru, termasuk laporan mengenai Osama bin Laden muncul dari berkas-berkas tersebut.

Beberapa berkas merunut Bin Laden, meski Amerika Serikat menyatakan tidak menerima informasi yang bisa dipercaya mengenai pemimpin al-Qaida bertahun-tahun ini.

Meski saya merisaukan tentang pengungkapan informasi sensitif dari medan tempur yang bisa mengancam perorangan atau operasi, faktanya adalah bahwa dokumen ini tidak mengungkapkan masalah yang belum menjadi informasi dalam debat publik mengenai Afghanistan, kata Obama dalam konferensi pers di Washington.

Memang mereka [berkas rahasia] mengacu ke tantangan-tantangan yang sama yang mendorong saya mengadakan peninjauan ekstentif terhadap kebijakan kita musim gugur lalu, ujar Obama.

Selama tujuh tahun, kita gagal untuk menerapkan strategi yang memadai untuk menghadapi tantangan di kawasan ini, tambah presiden AS, seraya menegaskan bahwa Afghanistan merupakan asal serangan 11 September dan rencana teror lain.

Itulah sebabnya kita memperbesar komitmen kita di sana, bertekad untuk mendapatkan akuntabilitas lebih besar dari Afghanistan dan Pakistan, mengembangkan strategi baru yang bisa bekerja. Kini kita harus menggulirkan strategi itu, katanya.

Sementara itu, departemen pertahanan AS, Pentagon, telah mulai mengadakan penyelidikan yang sangat seksama untuk menemukan pihak yang menyampaikan dopkumen rahasia itu ke Wikileaks.

Dalam perkembangan terpisah, Divisi Investigasi Angkatan Darat AS juga menggulirkan penyelidikan tersendiri atas kebocoran berkas informasi rahasia tersebut.

•detik

Obama: Dokumen Militer AS yang Bocor Tak Menyingkap Apapun

Washington - Presiden AS Barack Obama akhirnya angkat bicara soal kebocoran dokumen rahasia militer AS tentang perang di Afghanistan. Ia mengatakan kebocoran dokumen, yang disebut-sebut terbesar sepanjang sejarah militer AS itu, tidak menyingkapkan masalah apapun.

"Sementara saya prihatin atas pembeberan informasi sensitif dari medan perang yang berpotensi membahayakan individu atau operasi, kenyataannya, dokumen-dokumen ini tidak mengungkapkan masalah apapun yang belum diinformasikan oleh debat publik kami tentang Afghanistan," kata Obama seperti dikutip Reuters, Selasa (28/7/2010).

Obama mengatakan dokumen itu "menunjuk kepada tantangan yang sama yang membawa saya untuk melakukan tinjauan ekstensif dari kebijakan kami pada musim gugur lalu."

"Selama tujuh tahun, kami gagal menerapkan strategi yang cukup untuk tantangan di wilayah ini, wilayah yang darinya serangan 9/11 dikobarkan dan serangan lain terhadap Amerika Serikat, teman-teman dan sekutu kami yang telah direncanakan," kata Obama.

"Sekarang kita harus melihat strategi itu melalui dan, seperti yang telah saya sampaikan kepada pemimpin-pemimpin, saya berharap DPR bisa bergerak hari ini untuk bergabung bersama Senat dengan suara bulat mendukung pendanaan ini. Memastikan bahwa tentara kita memiliki sumber yang mereka butuhkan dan bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang penting bagi keamanan nasional," imbuh Obama.

Seperti diberitakan, lebih dari 90.000 dokumen militer AS yang memuat detail-detail rahasia perang Afghanistan dipublikasikan di situs Wikileaks. Tiga dokumen utama yang dipublikasikan itu memuat catatan yang berisi pembunuhan warga sipil Afghanistan yang ditutup-tutupi.

•detik

Militer AS masih kaji dampak kebocoran dokumen rahasia

Amerika Serikat menyatakan mungkin perlu waktu lama untuk menentukan dampak bocornya lebih dari 90.000 berkas rahasia militer.

Dokumen, yang diterbitkan di situs internet Wikileaks, memuat rincian perang di Afghanistan, termasuk kematian korban sipil yang sebelumnya tidak dilaporkan.

Berkas rahasia itu mengungkapkan kekhawatiran di kalangan Nato bahwa aparat intelijen Pakistan membantu Taliban. Islamabad menepis kekhawatiran.

Gedung Putih mengutuk pembocoran berkas rahasia itu dan menyatakan aksi itu mungkin ancaman bagi keamanan nasional AS.

Tumpukan berkas rahasia, yang diterbitkan oleh Wikileaks sebagai Catatan Perang Afghanistan, adalah salah satu kebocoran rahasia terbesar dalam sejarah AS.

Wikileaks menggambarkan dokumen-dokumen sebagai laporan medan tempur dan intelijen yang dihimpun oleh beragam satuan militer dalam rentang waktu 2004-2009.

Menyatakan pembocoran berkas rahasia perbuatan kriminal, jurubicara Pentagon Kol Dave Lapan mengatakan para pejabat Amerika tengah mengkaji dokumen tersebut untuk menyimpulkan apakah mereka mengungkapkan sumber dan metode dan mungkin membahayakan personel AS dan koalisi.

Menurut Lapan, menelaah dokumen yang dibocorkan tadi mungkin perlu waktu berhari-hari, kalau tidak berminggu-minggu.


Tidak meragukan

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan kebocoran tidak mengungkapkan sesuatu yang baru mengenai hakikat perang di Afghanistan, tapi rincian yang dibeberkan mungkin merusak.

Setiap kali anda mendapati kemungkinan nama dan operasi dan rencana bocor ke ranah publik...selain melanggar hukum, itu juga berpotensi membahayakan mereka yang memperkuat militer kita, mereka yang bekerja sama dengan militer kita dan mereka yang bekerja untuk menjaga keselamatan kita, kata Gibss.

Pendiri Wikileaks, Julian Assange, mengatakan kepada konferensi pers di London bahwa dia sama sekali tidak meragukan reliabilitas laporan dan menyatakan publikasi bahan itu setara dengan dibukanya arsip dinas polisi rahasia Jerman Timur, Stasi.

Dokumen-dokumen tersebut sebelumnya telah dikirim ke koranNew York Times, Guardian dan majalah berita Jerman, Der Spiegel.

•detik

Dokumen Pentagon Bocor, Pakistan Ternyata Bantu Taliban

Washington - 90.000 Dokumen rahasia pemerintah AS bocor ke sejumlah media. Isinya pun mengagetkan. Pakistan yang merupakan sekutu AS, ternyata diam-diam membantu Taliban di Afghanistan untuk memerangi Paman Sam.

Dokumen ini dibocorkan sebuah organisasi yang menamakan dirinya Wikileaks, ke tiga media besar, yaitu New York Times AS, Guardian Inggris dan Der Spiegel Jerman. Tentu saja tidak diketahui siapa pembocor dokumen itu dari Pentagon.

Seperti dilansir AFP, Senin (26/7/2010), Gedung Putih mengecam pembocoran dokumen yang terdata dari 2004-2010 itu. "Pembocoran dokumen itu bisa membahayakan keselamatan rakyat AS dan mengancam keamanan nasional," kata penasehat keamanan nasional Gedung Putih, James Jones.

Dokumen ini tentu saja mengagetkan karena menunjukkan Pakistan yang berwajah dua. "Pakistan yang merupakan sekutu AS, ternyata mengirimkan agen rahasia mereka untuk bertemu Taliban," demikian yang ditulis New York Times.

Meski demikian Gedung Putih berkilah, kebocoran dokumen tidak akan mempengaruhi hubungan AS dengan Pakistan dan Afghanistan. Mereka hanya mengatakan, hubungan antara dinas rahasia Pakistan ISI, dan Taliban memang menimbulkan kekhawatirkan.

"Wikileaks hanyalah organisasi yang menentang kebijakan AS di Afghanistan," ujar seorang pejabat Gedung Putih yang tidak mau disebut namanya.

•detik

Ribuan Dokumen Perang Afghanistan Bocor

Lebih dari 90.000 dokumen militer Amerika Serikat yang memuat detail-detail rahasia perang Afghanistan dipublikasikan di situs Wikileaks.

Ini adalah kebocoran dokumen rahasia terbesar sepanjang sejarah militer Amerika Serikat. Gedung Putih mengecam pembocoran dokumen ini sebagai perbuatan yang tidak bertanggung jawab.



Dan tiga dokumen utama yang dipublikasikan itu memuat catatan yang berisi pembunuhan warga sipil Afghanistan yang ditutup-tutupi.

Laporan harian The Guardian, Inggris, New York Times dan surat kabar Jerman Der Spiegel mengatakan dokumen-dokumen yang bocor itu mengungkap keprihatinan NATO terhadap Pakistan dan Iran yang dianggap membantu pemberontakan Taliban di Afghanistan.

Duta besar Pakistan di Washington Hussain Haqqani menegaskan laporan-laporan dalam dokumen-dokumen itu tidak menunjukkan kenyataan di lapangan.

"Amerika Serikat, Afghanistan dan Pakistan adalah mitra strategis. Kami bekerja sama dalam upaya mengalahkan Al Qaida dan sekutunya Taliban baik secara militer dan politik," kata Dubes Husain Haqqani.

Intinya, dokumen-dokumen bocor itu memuat:

1. Taliban memiliki akses untuk memperoleh misil pencari panas portabel untuk menembak pesawat-pesawat tempur.

2. Sebuah pasukan khusus Angkatan Darat dan Laut AS terlibat dalam misi untuk menangkap atau membunuh para pimpinan pemberontak.

3. Banyak korban sipil tidak dilaporkan, baik yang merupakan korban bom Taliban atau misi NATO yang salah sasaran.

Wartawan masalah-masalah diplomatik BBC Bridget Kendall mengatakan meski dokumen itu tidak mengungkap laporan-laporan dramatis terbaru.

Namun dokumen-dokumen itu menggambarkan betapa sulit dan buruknya perang Afghanistan dan jumlah korban masyarakat sipil.

Dalam sebuah pernyataan resmi, penasihat keamanan nasional pemerintah AS, Jenderal James Jones mengecap publikasi dokumen-dokumen militer itu.

Jones mengatakan informasi rahasia seperti itu bisa membahayakan tidak hanya untuk nyawa para prajurit Amerika dan sekutunya tapi juga membayakan keamanan nasional AS.

Jones menambahkan dokumen-dokumen tersebut berasal dari tahun antara 2004-2009, sebelulm Presiden Barack Obama menyampaikan strategi baru perang Afghanistan yang diikuti penambahan personil militer di negeri itu.

Korban warga sipil

Sementara itu, seorang pejabat tinggi AS mengatakan situs Wikileaks, yang mengkhususkan diri mempublikasikan materi-materi rahasia yang diperoleh dari para peniup peluit (whistleblower), bukanlah konsumsi pemberitaan.

Pejabat itu bahkan menyebut Wikileaks sebagai sebuah organisasi yang menentang kebijakan pemerintah AS di Afghanistan.


Situs Wikileaks mempublikasikan serangkaian dokumen dengan judul Buku harian Perang Afghanistan. Wikileaks mengatakan telah menunda publikasi sekitar 15.000 laporan dari arsip itu sebagai bagian dari proses mengurangi kerusakan yang diminta oleh beberapa sumber.

Sedangkan The Guardian dan New York Times, yang mempublikasikan laporan Wikileaks itu, mengatakan tidak pernah berhubungan langsung dengan sumber pembocor dokumen itu. Namun, kedua surat kabar itu menghabiskan waktu beberapa pekan untuk melakukan konfirmasi soal kebenaran informasi itu.

Publikasi ribuan dokumen itu muncul ketika NATO tengah melakukan investigasi tewasnya 45 orang warga sipil Afghanistan akibat serangan udara NATO di Provinsi Helmand, Jumat pekan lalu.

Meski dalam ivestigasi awalnya NATO tidak menemukan bukti adanya kesalahan misi, namun seorang wartawan BBC yang sempat mewawancarai beberapa orang penduduk desa Regey menemukan pengakuan bahwa banyak warga yang menyaksikan insiden itu.

Mereka mengatakan serangan itu dilancarkan siang hari saat puluhan orang berlindung dari sengitnya pertempuran di desa tetangga, Joshani.

Juru bicara NATO Letkol Chris Hughes mengatakan pasukan multi nasional sudah melakukan kerja luar biasa untuk mencegah korban warga sipil.

"Pasukan Keamanan Internasional sangat mengutamakan keamanan warga sipil Afghanistan," kata Letkol Hughes dalam pernyataannya.

•detik